Ogan Olir, potretsumsel.com-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PTPN VII Cinta Manis saat ini telah melakukan inovasi baru pada saat musim giling (panen-red) tahun ini.
Dahulu Daduk (Sampah tebu) yang biasanya dibakar pada saat
panen, di tahun 2016 ini Daduk tersebut diolah kembali menjadi pupuk
dengan menggunakan Sistem teknologi zero burning yg didapatkan dari
hasil study banding di Australia.
Hal tersebut dikatakan General Manager PTPN VII Cintamanis
Ir H Syukur HK didampingi Humas H Abdul Hamid serta Asisten Umum
Kharisma dan Asisten Kepala Rayon 4 Isnain senin (29/8)
Lebih lanjut terangnya sebagai bentuk antisipasi dan
minimalisir kebakaran lahan, PTPN VII Cintamanis menerapkan teknologi
zero burning sejak April lalu. Penerapan teknik tersebut juga dapat
meningkatkan unsur hara tanah sehingga tingkat kesuburan tebu saat
tumbuh kembali menjadi tinggi.
Dikatakannya dalam setiap hektar lahan menghasilkan daduk
sebanyak 21 ton, sedangkan dalam pengelolahannya meliputi beberapa
tahapan yang ditempuh saat hendak melakukan proses zero burning.
“iya,yang pertama kita masuk tahapan panen kemudian
mnggunakan traktor discflow dengan cara membongkar tanah untuk
membersihkan ratun, setelah ratun dihancurkan kemudian dicacah
menggunakan stuble shafer, kemudian tahapan dischcooltifikasi yaitu
perawatan tanaman menggunakan piringan, selanjutnya tanah diratakan
kembali dan kemudian tumpukan daduk di serak selanjutnya penyiraman
nitrogen atau urea cair sebanyak 5 kg per Hektar sehingga sampah
tercampur dengan mikroba untuk berubah menjadi humus, selanjutnya tebu
dapat tumbuh subur,”katanya
Lanjut Syukur walau terbilang mahal dan harus memodifikasi peralatan sistem tersebut diyakininya dapat meningkat hasil produksi.
“pemerintah memang melarang pembakaran lahan karena itu
kita menggunakan teknologi ini. Memang costnya relatif tinggi namun kita
dapat menghasilkan tebu organik yang berkualitas. Kita targetkan tahun
ini tercapai produksi gula 61ributon,”ujarnya
Ia juga menambahkan bambahkan bahwa pengelolaan sampah tebu
atau daduk tersebut merupakan hasil belajar ke Australia dan Brasil,
pada tahun 2015 dengan cara memodifikasi alat.
“alhamdulillah pengelolaan lahan menjadi base prestice di tingkat nasional untuk pengelolaan sampah perkebunan tebu. zero burning berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah, menambah bahan organik untuk menyuburkan tanah. Bahkan untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan sudah disiapkan peralatan, mobil pemadam dan petugas pmk. Yang jelas kita berkomitmen pada pertanian yang berwawasan lingkungan, selain meningkatkan produksi gula yang berkualitas,” katanya (ian)
0 Comments:
Posting Komentar